Sabtu, 15 Oktober 2011
Subnet Mask
Subnet mask adalah istilah teknologi informasi dalam bahasa Inggris yang mengacu kepada angka biner 32 bit yang digunakan untuk membedakan network ID dengan host ID, menunjukkan letak suatu host, apakah berada di jaringan lokal atau jaringan luar.
RFC 950 mendefinisikan penggunaan sebuah subnet mask yang disebut juga sebagai sebuah address mask sebagai sebuah nilai 32-bit yang digunakan untuk membedakan network identifier darihost identifier di dalam sebuah alamat IP. Bit-bit subnet mask yang didefinisikan, adalah sebagai berikut:
- Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh network identifier diset ke nilai 1.
- Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh host identifier diset ke nilai 0.
Setiap host di dalam sebuah jaringan yang menggunakan TCP/IP membutuhkan sebuah subnet mask meskipun berada di dalam sebuah jaringan dengan satu segmen saja. Entah itu subnet maskdefault (yang digunakan ketika memakai network identifier berbasis kelas) ataupun subnet mask yang dikustomisasi (yang digunakan ketika membuat sebuah subnet atau supernet) harus dikonfigurasikan di dalam setiap node TCP/IP.
Representasi Subnet Mask
Ada dua metode yang dapat digunakan untuk merepresentasikan subnet mask, yakni:
- Notasi Desimal Bertitik
- Notasi Panjang Prefiks Jaringan
Desimal Bertitik
Sebuah subnet mask biasanya diekspresikan di dalam notasi desimal bertitik (dotted decimal notation), seperti halnya alamat IP. Setelah semua bit diset sebagai bagian network identifier dan host identifier, hasil nilai 32-bit tersebut
akan dikonversikan ke notasi desimal bertitik. Perlu dicatat, bahwa
meskipun direpresentasikan sebagai notasi desimal bertitik, subnet mask bukanlah sebuahalamat IP.
Subnet mask default dibuat berdasarkan kelas-kelas alamat IP dan
digunakan di dalam jaringan TCP/IP yang tidak dibagi ke dalam beberapa
subnet. Tabel di bawah ini menyebutkan beberapa subnet mask default
dengan menggunakan notasi desimal bertitik. Formatnya adalah:
<alamat IP www.xxx.yyy.zzz>, <subnet mask www.xxx.yyy.zzz>
Kelas alamat | Subnet mask (biner) | Subnet mask (desimal) |
---|---|---|
Kelas A | 11111111.00000000.00000000.00000000 | 255.0.0.0 |
Kelas B | 11111111.11111111.00000000.00000000 | 255.255.0.0 |
Kelas C | 11111111.11111111.11111111.00000000 | 255.255.255.0 |
Perlu
diingat, bahwa nilai subnet mask default di atas dapat dikustomisasi
oleh administrator jaringan, saat melakukan proses pembagian jaringan
(subnetting atau supernetting). Sebagai contoh, alamat 138.96.58.0
merupakan sebuah network identifier dari kelas B yang telah dibagi ke
beberapa subnet dengan menggunakan bilangan 8-bit. Kedelapan bit
tersebut yang digunakan sebagai host identifier akan digunakan untuk
menampilkan network identifier yang telah dibagi ke dalam subnet. Subnet
yang digunakan adalah total 24 bit sisanya (255.255.255.0) yang dapat
digunakan untuk mendefinisikan custom network identifier. Network
identifier yang telah di-subnet-kan tersebut serta subnet mask yang
digunakannya selanjutnya akan ditampilkan dengan menggunakan notasi
sebagai berikut:
138.96.58.0, 255.255.255.0
Representasi panjang prefiks (prefix length) dari sebuah subnet mask
Karena
bit-bit network identifier harus selalu dipilih di dalam sebuah bentuk
yang berdekatan dari bit-bit ordo tinggi, maka ada sebuah cara yang
digunakan untuk merepresentasikan sebuah subnet mask dengan menggunakan
bit yang mendefinisikan network identifier sebagai sebuah network prefix
dengan menggunakan notasi network prefix seperti tercantum di dalam
tabel di bawah ini. Notasi network prefix juga dikenal dengan sebutan
notasi Classless Inter-Domain Routing (CIDR) yang didefinisikan di dalam RFC 1519. Formatnya adalah sebagai berikut:
/<jumlah bit yang digunakan sebagai network identifier>
Kelas alamat | Subnet mask (biner) | Subnet mask (desimal) | Prefix Length |
---|---|---|---|
Kelas A | 11111111.00000000.00000000.00000000 | 255.0.0.0 | /8 |
Kelas B | 11111111.11111111.00000000.00000000 | 255.255.0.0 | /16 |
Kelas C | 11111111.11111111.11111111.00000000 | 255.255.255.0 | /24 |
Sebagai
contoh, network identifier kelas B dari 138.96.0.0 yang memiliki subnet
mask 255.255.0.0 dapat direpresentasikan di dalam notasi prefix length
sebagai 138.96.0.0/16.
Karena
semua host yang berada di dalam jaringan yang sama menggunakan network
identifier yang sama, maka semua host yang berada di dalam jaringan yang
sama harus menggunakan network identifier yang sama yang didefinisikan
oleh subnet mask yang sama pula. Sebagai contoh, notasi 138.23.0.0/16
tidaklah sama dengan notasi 138.23.0.0/24, dan kedua jaringan tersebut
tidak berada di dalam ruang alamat yang sama. Network identifier
138.23.0.0/16 memiliki range alamat IP yang valid mulai dari 138.23.0.1
hingga 138.23.255.254; sedangkan network identifier 138.23.0.0/24 hanya
memiliki range alamat IP yang valid mulai dari 138.23.0.1 hingga
138.23.0.254.
Menentukan alamat Network Identifier
Untuk
menentukan network identifier dari sebuah alamat IP dengan menggunakan
sebuah subnet mask tertentu, dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah
operasi matematika, yaitu dengan menggunakan operasi logika perbandingan
AND (AND comparison). Di dalam sebuah AND comparison, nilai dari
dua hal yang diperbandingkan akan bernilai true hanya ketika dua item
tersebut bernilai true; dan menjadi false jika salah satunya false.
Dengan mengaplikasikan prinsip ini ke dalam bit-bit, nilai 1 akan
didapat jika kedua bit yang diperbandingkan bernilai 1, dan nilai 0 jika
ada salah satu di antara nilai yang diperbandingkan bernilai 0.
Cara
ini akan melakukan sebuah operasi logika AND comparison dengan
menggunakan 32-bit alamat IP dan dengan 32-bit subnet mask, yang dikenal
dengan operasi bitwise logical AND comparison. Hasil dari operasi bitwise alamat IP dengan subnet mask itulah yang disebut dengan network identifier.
Contoh:
Alamat IP 10000011 01101011 10100100 00011010 (131.107.164.026)
Subnet Mask 11111111 11111111 11110000 00000000 (255.255.240.000)
------------------------------------------------------------------
Network ID 10000011 01101011 10100000 00000000 (131.107.160.000)
Tabel Pembuatan subnet
Subnetting Alamat IP kelas A
Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas A.
Jumlah subnet (segmen jaringan) | Jumlah subnet bit | Subnet mask (notasi desimal bertitik/ notasi panjang prefiks) | Jumlah host tiap subnet |
---|---|---|---|
1-2 | 1 | 255.128.0.0 atau /9 | 8388606 |
3-4 | 2 | 255.192.0.0 atau /10 | 4194302 |
5-8 | 3 | 255.224.0.0 atau /11 | 2097150 |
9-16 | 4 | 255.240.0.0 atau /12 | 1048574 |
17-32 | 5 | 255.248.0.0 atau /13 | 524286 |
33-64 | 6 | 255.252.0.0 atau /14 | 262142 |
65-128 | 7 | 255.254.0.0 atau /15 | 131070 |
129-256 | 8 | 255.255.0.0 atau /16 | 65534 |
257-512 | 9 | 255.255.128.0 atau /17 | 32766 |
513-1024 | 10 | 255.255.192.0 atau /18 | 16382 |
1025-2048 | 11 | 255.255.224.0 atau /19 | 8190 |
2049-4096 | 12 | 255.255.240.0 atau /20 | 4094 |
4097-8192 | 13 | 255.255.248.0 atau /21 | 2046 |
8193-16384 | 14 | 255.255.252.0 atau /22 | 1022 |
16385-32768 | 15 | 255.255.254.0 atau /23 | 510 |
32769-65536 | 16 | 255.255.255.0 atau /24 | 254 |
65537-131072 | 17 | 255.255.255.128 atau /25 | 126 |
131073-262144 | 18 | 255.255.255.192 atau /26 | 62 |
262145-524288 | 19 | 255.255.255.224 atau /27 | 30 |
524289-1048576 | 20 | 255.255.255.240 atau /28 | 14 |
1048577-2097152 | 21 | 255.255.255.248 atau /29 | 6 |
2097153-4194304 | 22 | 255.255.255.252 atau /30 | 2 |
Subnetting Alamat IP kelas B
Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas B.
Jumlah subnet/ segmen jaringan | Jumlah subnet bit | Subnet mask (notasi desimal bertitik/ notasi panjang prefiks) | Jumlah host tiap subnet |
---|---|---|---|
1-2 | 1 | 255.255.128.0 atau /17 | 32766 |
3-4 | 2 | 255.255.192.0 atau /18 | 16382 |
5-8 | 3 | 255.255.224.0 atau /19 | 8190 |
9-16 | 4 | 255.255.240.0 atau /20 | 4094 |
17-32 | 5 | 255.255.248.0 atau /21 | 2046 |
33-64 | 6 | 255.255.252.0 atau /22 | 1022 |
65-128 | 7 | 255.255.254.0 atau /23 | 510 |
129-256 | 8 | 255.255.255.0 atau /24 | 254 |
257-512 | 9 | 255.255.255.128 atau /25 | 126 |
513-1024 | 10 | 255.255.255.192 atau /26 | 62 |
1025-2048 | 11 | 255.255.255.224 atau /27 | 30 |
2049-4096 | 12 | 255.255.255.240 atau /28 | 14 |
4097-8192 | 13 | 255.255.255.248 atau /29 | 6 |
8193-16384 | 14 | 255.255.255.252 atau /30 | 2 |
Subnetting Alamat IP kelas C
Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas C.
semoga bermanfaat bagi anda :D
Variable-length Subnetting
Bahasan di atas merupakan sebuah contoh dari subnetting yang memiliki panjang tetap (fixed length subnetting),
yang akan menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang
sama. Meskipun demikian, dalam kenyataannya segmen jaringan tidaklah
seperti itu. Beberapa segmen jaringan membutuhkan lebih banyak alamat IP
dibandingkan lainnya, dan beberapa segmen jaringan membutuhkan lebih
sedikit alamat IP.
Jika
proses subnetting yang menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah
host yang sama telah dilakukan, maka ada kemungkinan di dalam
segmen-segmen jaringan tersebut memiliki alamat-alamat yang tidak
digunakan atau membutuhkan lebih banyak alamat. Karena itulah, dalam
kasus ini proses subnetting harus dilakukan berdasarkan segmen jaringan
yang dibutuhkan oleh jumlah host terbanyak. Untuk memaksimalkan
penggunaan ruangan alamat yang tetap, subnetting pun diaplikasikan
secara rekursif untuk membentuk beberapa subjaringan dengan ukuran
bervariasi, yang diturunkan dari network identifier yang sama. Teknik
subnetting seperti ini disebut juga variable-length subnetting.
Subjaringan-subjaringan yang dibuat dengan teknik ini menggunakan subnet
mask yang disebut sebagai Variable-length Subnet Mask (VLSM).
Karena
semua subnet diturunkan dari network identifier yang sama, jika
subnet-subnet tersebut berurutan (kontigu subnet yang berada dalam
network identifier yang sama yang dapat saling berhubungan satu sama
lainnya), rute yang ditujukan ke subnet-subnet tersebut dapat diringkas
dengan menyingkat network identifier yang asli.
Teknik
variable-length subnetting harus dilakukan secara hati-hati sehingga
subnet yang dibentuk pun unik, dan dengan menggunakan subnet mask
tersebut dapat dibedakan dengan subnet lainnya, meski berada dalam
network identifer asli yang sama. Kehati-hatian tersebut melibatkan
analisis yang lebih terhadap segmen-segmen jaringan yang akan menentukan
berapa banyak segmen yang akan dibuat dan berapa banyak jumlah host
dalam setiap segmennya.
Dengan
menggunakan variable-length subnetting, teknik subnetting dapat
dilakukan secara rekursif: network identifier yang sebelumnya telah
di-subnet-kan, di-subnet-kan kembali. Ketika melakukannya, bit-bit
network identifier tersebut harus bersifat tetap dan subnetting pun
dilakukan dengan mengambil sisa dari bit-bit host.
Tentu
saja, teknik ini pun membutuhkan protokol routing baru.
Protokol-protokol routing yang mendukung variable-length subnetting
adalah Routing Information Protocol (RIP) versi 2 (RIPv2), Open Shortest
Path First (OSPF), dan Border Gateway Protocol (BGP versi 4 (BGPv4).
Protokol RIP versi 1 yang lama, tidak mendukungya, sehingga jika ada
sebuah router yang hanya mendukung protokol tersebut, maka router
tersebut tidak dapat melakukan routing terhadap subnet yang dibagi
dengan menggunakan teknik variable-length subnet mask.
Jumlah subnet (segmen jaringan) | Jumlah subnet bit | Subnet mask (notasi desimal bertitik/ notasi panjang prefiks) | Jumlah host tiap subnet |
---|---|---|---|
1-2 | 1 | 255.255.255.128 atau /25 | 126 |
3-4 | 2 | 255.255.255.192 atau /26 | 62 |
5-8 | 3 | 255.255.255.224 atau /27 | 30 |
9-16 | 4 | 255.255.255.240 atau /28 | 14 |
17-32 | 5 | 255.255.255.248 atau /29 | 6 |
33-64 | 6 | 255.255.255.252 atau /30 | 2 |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Search
Guests
About Me
- Iin Windarti
- Kota Cimahi, Prov. Jawa Barat, Indonesia
- akan menghargai jika dihargai, kalo gak suka ma orang susah untuk gak bisa suka tau simpati lagi, bosenan, gak sabaran, gelehan tapi jorok.. aku rame kalo kamu rame, aku galak kalo kamu jahat.. dan masih banyak lagi tentang aku, dan orang pikir tentang aku, manja juga sih... hehe..
Feedjit
Label
- Administrasi Jaringan (10)
- Bahasa Indonesia (2)
- Bahasa Inggris (2)
- Database WEB (1)
- Diagnosa-LAN (58)
- Diagnosa-WAN (30)
- Digital (6)
- History (17)
- Instalasi-LAN (73)
- Instalasi-WAN (10)
- Michael Jackson (2)
- Operating System (9)
- OS-Jaringan (13)
- Pengetahuan (63)
- Perempuan (11)
- Web Design (10)
My Archives
-
▼
2011
(97)
-
▼
Oktober
(41)
- Transmisi Data Fiber Optic
- Instalasi Fiber Optic
- Artikel Installasi Fiber Optic
- Faktor yang Mempengaruhi Transmisi Media Fiber Optic
- Tipe Kabel Fiber Optic
- Komponen Pemasangan Fiber Optic
- Jenis-jenis Konektor Fiber Optic
- Definisi Single Mode dan Multi Mode pada Fiber Optic
- Transmisi Data Fiber Optic
- Media Transmisi Fiber Optic
- Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Fiber Optic
- Hak Akses Linux
- Sejarah Fiber Optic
- Konektor dan Piranti pendukung Fiber Optik
- Tipe-tipe Fiber Optik
- Teknologi Fiber Optik
- Fiber Optic
- Laporan MAC Address
- Laporan Segmentasi
- Subnet Mask
- Kategori IP Address berdasarkan kelas
- Sejarah IP Address
- Tutorial Perhitungan IP Address
- Mac Address
- 10 Tempat Paling Angker Didunia
- 10 Pulau TerunikK Yang Pernah Ada Di Dunia
- Otak Kanan Dulu, Baru Otak Kiri
- 10 Bencana Aneh Terbesar di Dunia
- Manipulasi MAC Address di OS Windows
- Fakta Tentang Perempuan
- Crop Circle
- 5 Perbedaan Nafsu & Cinta
- IP Address
- Tipe-tipe Pengkabelan
- Ethernet
- Aturan 5 4 3
- Laporan Enkapsulasi, Handshaking dan Flow Control
- Network Device
- Network Hardware
- Pengertian VLAN
- 10 Mata uang tertua di Indonesia
-
▼
Oktober
(41)
Diberdayakan oleh Blogger.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar